Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD?
• Rendah karbohidrat dan tinggi protein
Untuk makan pagi 6o% - 70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.
• Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
• Rendah gula
Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak ADHD.
• Makan banyak sayuran dan buah
• Minum banyak air
80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.
• Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine.
Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
• Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.
• Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
• Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.
Pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang.
Sumber : http://www.rumah-yatim.org/ind/?/psikologi/nutrisi-untuk-anak-hiperaktif/
Kamis, 11 Maret 2010
ADHD Mempengaruhi Beberapa Bagian Dari Otak
Pada anak ADHD terjadi gangguan yang mempengaruhi beberapa bagian dari otak, yaitu:
• Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi, membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.
• Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
• Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan tersebut.
• Sistem aktivasi retikular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya.
Gangguan yang ada pada bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.
Sumber: http://www.rumah-yatim.org/ind/?/psikologi/nutrisi-untuk-anak-hiperaktif/
• Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi, membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.
• Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.
• Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan tersebut.
• Sistem aktivasi retikular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya.
Gangguan yang ada pada bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.
Sumber: http://www.rumah-yatim.org/ind/?/psikologi/nutrisi-untuk-anak-hiperaktif/
Penyebab Anak ADHD
Inilah Penyebab Anak Hiperaktif
Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh para ahli di berbagai pelosok dunia untuk menyingkap penyebab pasti gangguan ini. Hasilnya, ada yang salah pada otak anak penderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD).
Demi mendukung penelitian, para ahli telah menggunakan peralatan paling mutakhir untuk melakukan pencitraan otak. Misalnya, Positron Emission Tomography (PET), Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), serta Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Diketahui memang ada yang salah pada otak anak Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD). Kelainan pada otak ini bisa terjadi di bagian depan otak, namun bisa pula terjadi pada senyawa kimia penghantar rangsang atau neurotransmitter. Khususnya, dari jenis dopamin dan norepinefrin. Otak anak penderita ADHD, khususnya otak kanan, memiliki ukuran yang lebih kecil
Minum obat atau tidak? Sebenarnya, penanganan penderita ADHD bisa dilakukan dengan beberapa cara. Hanya saja, karena biang keladi dari gangguan ini adalah otak, mau tidak mau penanganannya ya dimulai dari otak.
Khusus penderita ADHD yang masih berusia di bawah lima tahun, biasanya ia diterapi perilaku dulu. Bentuk terapinya bisa berbeda-beda, karena sifatnya benar-benar case by case . Terapi ini bisa juga dilakukan oleh orang tua. Tentunya, setelah orang tua mendapat bimbingan dari psikiater anak. Bila terapi ini tidak membuahkan hasil, barulah obat diberikan.
Pada penderita autis dengan spektrum ADHD, ia harus menjalani dua macam terapi. Pertama, ABA ( Applied Behavioral Analysis), yaitu terapi yang meminta dia mengikuti semua aturan yang diberikan. Dalam setiap aturan, ada punishment dan reward. Kedua, SI ( Sensory Integration), yakni terapi untuk merangsang impuls sensorinya, sehingga anak dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai perintah dari otak.
Obat, biasanya, diberikan belakangan karena hingga kini terapi obat masih banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ahli. Apakah pemberian obat tidak akan menyebabkan ketergantungan nantinya? Memang dosis obat tergantung pada seberapa salah otak anak penderita ADHD. Dan, tidak tertutup kemungkinan, ia akan terus minum obat sampai dewasa. Meski begitu, biasanya dokter sudah memperhitungkan secara akurat dosis obat yang sesuai bagi pasiennya.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Balita/inilah.penyebab.anak.hiperaktif/001/007/450/40/3
Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh para ahli di berbagai pelosok dunia untuk menyingkap penyebab pasti gangguan ini. Hasilnya, ada yang salah pada otak anak penderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD).
Demi mendukung penelitian, para ahli telah menggunakan peralatan paling mutakhir untuk melakukan pencitraan otak. Misalnya, Positron Emission Tomography (PET), Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), serta Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Diketahui memang ada yang salah pada otak anak Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD). Kelainan pada otak ini bisa terjadi di bagian depan otak, namun bisa pula terjadi pada senyawa kimia penghantar rangsang atau neurotransmitter. Khususnya, dari jenis dopamin dan norepinefrin. Otak anak penderita ADHD, khususnya otak kanan, memiliki ukuran yang lebih kecil
Minum obat atau tidak? Sebenarnya, penanganan penderita ADHD bisa dilakukan dengan beberapa cara. Hanya saja, karena biang keladi dari gangguan ini adalah otak, mau tidak mau penanganannya ya dimulai dari otak.
Khusus penderita ADHD yang masih berusia di bawah lima tahun, biasanya ia diterapi perilaku dulu. Bentuk terapinya bisa berbeda-beda, karena sifatnya benar-benar case by case . Terapi ini bisa juga dilakukan oleh orang tua. Tentunya, setelah orang tua mendapat bimbingan dari psikiater anak. Bila terapi ini tidak membuahkan hasil, barulah obat diberikan.
Pada penderita autis dengan spektrum ADHD, ia harus menjalani dua macam terapi. Pertama, ABA ( Applied Behavioral Analysis), yaitu terapi yang meminta dia mengikuti semua aturan yang diberikan. Dalam setiap aturan, ada punishment dan reward. Kedua, SI ( Sensory Integration), yakni terapi untuk merangsang impuls sensorinya, sehingga anak dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai perintah dari otak.
Obat, biasanya, diberikan belakangan karena hingga kini terapi obat masih banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ahli. Apakah pemberian obat tidak akan menyebabkan ketergantungan nantinya? Memang dosis obat tergantung pada seberapa salah otak anak penderita ADHD. Dan, tidak tertutup kemungkinan, ia akan terus minum obat sampai dewasa. Meski begitu, biasanya dokter sudah memperhitungkan secara akurat dosis obat yang sesuai bagi pasiennya.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Balita/inilah.penyebab.anak.hiperaktif/001/007/450/40/3
Riwayat yang Diduga Menderita ADHD
Riwayat yang Diduga ADHD:
1. Masa baby – infant
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan
2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan
3. Usia sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian
- Impulsif
4. Adolescent
- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
1. Masa baby – infant
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan
2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan
3. Usia sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian
- Impulsif
4. Adolescent
- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
Rekomendasi dari AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (2000) tentang ADHD
Rekomendasi dari AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (2000) tentang ADHD adalah sbb:
* Pada anak berusia 6-12 tahun dengan:
1. inattention,
2. hyperactivity,
3. impulsivity,
4. academic underachievement,
5. behavior problems,
Maka dokter sebaiknya menyiapkan evaluasi untuk ADHD.
Sekadar tambahan, pada sebagian anak yang mengalami gangguan perilaku, terdapat komorbid atau tumpang tindih dengan gangguan lainnya (Desvi Yanti, 2005)
Komorbiditas biasanya juga terjadi dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders). Szatmari, Offord, dan Boyle (dalam Grainger 2003) menyebutkan sebanyak 20-40% anak penderita ADHD juga didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Sejalan hal ini, Stewart, Cummings, Singer, dan DeBlois (dalam Grainger, 2003) menemukan bahwa 3 dari 4 anak dengan gangguan perilaku agresif ternyata juga hiperaktif, dan 2 dari 3 anak hiperaktif juga mengalami gangguan perilaku.
Secara akademis, anak yang mengalami masalah dengan perilaku biasanya mengalami kesulitan untuk dididik di lingkungan kelas yang “tradisional” sehingga prestasi akademiknya rendah dan mereka seringkali didiagnosis mengalami kesulitan belajar. Riset juga menunjukkan gangguan perilaku berhubungan dengan tingkat membolos dan drop out (DO) dari sekolah (Jimerson, et.al., 2002).
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
* Pada anak berusia 6-12 tahun dengan:
1. inattention,
2. hyperactivity,
3. impulsivity,
4. academic underachievement,
5. behavior problems,
Maka dokter sebaiknya menyiapkan evaluasi untuk ADHD.
Sekadar tambahan, pada sebagian anak yang mengalami gangguan perilaku, terdapat komorbid atau tumpang tindih dengan gangguan lainnya (Desvi Yanti, 2005)
Komorbiditas biasanya juga terjadi dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders). Szatmari, Offord, dan Boyle (dalam Grainger 2003) menyebutkan sebanyak 20-40% anak penderita ADHD juga didiagnosis mengalami gangguan perilaku. Sejalan hal ini, Stewart, Cummings, Singer, dan DeBlois (dalam Grainger, 2003) menemukan bahwa 3 dari 4 anak dengan gangguan perilaku agresif ternyata juga hiperaktif, dan 2 dari 3 anak hiperaktif juga mengalami gangguan perilaku.
Secara akademis, anak yang mengalami masalah dengan perilaku biasanya mengalami kesulitan untuk dididik di lingkungan kelas yang “tradisional” sehingga prestasi akademiknya rendah dan mereka seringkali didiagnosis mengalami kesulitan belajar. Riset juga menunjukkan gangguan perilaku berhubungan dengan tingkat membolos dan drop out (DO) dari sekolah (Jimerson, et.al., 2002).
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
Gambaran Klinis Penderita ADHD
Gambaran Klinis
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention)
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
e. Sulit menyelesaikan tugas atau pekerjaan sekolah.
2. Hiperaktivitas
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsivity
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
4. Sikap menentang
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
1. Gangguan pemusatan perhatian (inattention)
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
e. Sulit menyelesaikan tugas atau pekerjaan sekolah.
2. Hiperaktivitas
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsivity
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
4. Sikap menentang
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Sumber: http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/
Awas, Lantai Berbahan PVC Tingkatkan Risiko Autis (ADHD)
Awas, Lantai Berbahan PVC Tingkatkan Risiko Autis
Jakarta Perhatian bagi Anda para orang tua. Sebuah penelitian mengejutkan membuktikan bahwa lantai berbahan PVC dapat meningkatkan risiko anak terkena autis.
PVC atau Vinyl merupakan bahan yang telah dikenal sejak dulu. Biasanya PVC digunakan untuk alat-alat rumah tangga seperti pipa hingga bahan dasar lantai. Namun peneliti asal Swedia, Denmark serta Amerika Serikat menemukan sesuatu yang berbeda.
Dikutip dari Independent, Selasa (14/4/2009) para peneliti tersebut bermaksud menemukan penyebab penyakit autis pada anak-anak. Di Inggris, jumlah anak yang menderita autis sudah mencapai 200 ribu. Oleh karena itu, para peneliti merasa perlu mengetahui penyebab gangguan tersebut.
Selain faktor genetik, para peneliti juga menganggap autis dapat disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya racun dari polusi.
Dari penelitian itu terbukti bahwa lantai vinyl yang biasa dipakai di rumah-rumah sangat berbahaya. Dalam lantai tersebut bisa terjadi endapan debu yang mengandung phthalates.
Phthalates merupakan bahan kimia yang dapat membuat plastik menjadi lembut dan fleksibel dan telah digunakan selama bertahun-tahun. Di beberapa negara maju, pemakaian bahan kimia ini sudah dilarang karena efeknya yang buruk bagi kesehatan.
Yang berbahaya, debu yang mengandung Phthalates itu bisa tersedot melalui saluran pernapasan. Debu tadi akan berpengaruh pada kandungan di ibu hamil. Dan kebanyakan, mereka kemudian melahirkan anak yang menderita autis.
Phthalates tak hanya ada di lantai PVC, beberapa barang seperti mainan anak, kosmetik, kemasan makanan, farmasi dan perangkat, serta produk pembersih rumah dan bangunan juga mengandung zat kimia berbahaya tersebut. Ayo lebih hati-hati memilih produk rumah tangga Anda!
Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/201-awas-lantai-berbahan-pvc-tingkatkan-risiko-autis
Jakarta Perhatian bagi Anda para orang tua. Sebuah penelitian mengejutkan membuktikan bahwa lantai berbahan PVC dapat meningkatkan risiko anak terkena autis.
PVC atau Vinyl merupakan bahan yang telah dikenal sejak dulu. Biasanya PVC digunakan untuk alat-alat rumah tangga seperti pipa hingga bahan dasar lantai. Namun peneliti asal Swedia, Denmark serta Amerika Serikat menemukan sesuatu yang berbeda.
Dikutip dari Independent, Selasa (14/4/2009) para peneliti tersebut bermaksud menemukan penyebab penyakit autis pada anak-anak. Di Inggris, jumlah anak yang menderita autis sudah mencapai 200 ribu. Oleh karena itu, para peneliti merasa perlu mengetahui penyebab gangguan tersebut.
Selain faktor genetik, para peneliti juga menganggap autis dapat disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya racun dari polusi.
Dari penelitian itu terbukti bahwa lantai vinyl yang biasa dipakai di rumah-rumah sangat berbahaya. Dalam lantai tersebut bisa terjadi endapan debu yang mengandung phthalates.
Phthalates merupakan bahan kimia yang dapat membuat plastik menjadi lembut dan fleksibel dan telah digunakan selama bertahun-tahun. Di beberapa negara maju, pemakaian bahan kimia ini sudah dilarang karena efeknya yang buruk bagi kesehatan.
Yang berbahaya, debu yang mengandung Phthalates itu bisa tersedot melalui saluran pernapasan. Debu tadi akan berpengaruh pada kandungan di ibu hamil. Dan kebanyakan, mereka kemudian melahirkan anak yang menderita autis.
Phthalates tak hanya ada di lantai PVC, beberapa barang seperti mainan anak, kosmetik, kemasan makanan, farmasi dan perangkat, serta produk pembersih rumah dan bangunan juga mengandung zat kimia berbahaya tersebut. Ayo lebih hati-hati memilih produk rumah tangga Anda!
Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/201-awas-lantai-berbahan-pvc-tingkatkan-risiko-autis
Pantang Menyerah Menemani Anak Autis (ADHD)
Pantang Menyerah Menemani Anak Autis
Jakarta, Tidak ada satu orang tua pun yang menginginkan anaknya terlahir sebagai anak autis. Namun ketika hal itu benar-benar menimpa mereka, tidak ada sikap yang lebih baik lagi selain menerima keadaan mereka apa adanya.
Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Autis bukanlah suatu penyakit, tapi gejala
Saat ini, banyak orang tua yang khawatir ancaman autis bakal menimpa anaknya. Mereka mulai panik ketika bayi mereka tidak bereaksi keika dipanggil, sering menangis, tidak ada eye contact, tidak tersenyum dan kadang terpukau dengan suatu benda.
Dra. Louisa Maspaitella, M.Psi dari RSAB Harapan Kita pun memaklumi kekhawatiran para orang tua tersebut.
"Saat ini jumlah anak autis di Indonesia banyak sekali, dan wajar saja orang tua ketakutan karena banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang anak terkena autis, kita tidak pernah tahu, " ujar psikolog berdarah campuran Jawa dan Ambon tersebut dalam perbincangannya dengan detikhealth.
Dra. Louisa menyebutkan beberapa faktor penyebab autis, diantaranya faktor makanan, psikologi ibu, kurangnya oksigen, bahan-bahan kimia atau obat-obatan dan juga faktor genetik.
"Saya punya seorang pasien anak autis, ironisnya kedua orang tuanya seorang dokter, yang notabennya ahli di bidang medis. Lebih ironisnya lagi, ketiga anak mereka terlahir dalam keadaan autis semua," ungkap wanita yang sehari-harinya disibukkan di RSAB Harapan Kita sebagai ketua tim Poliklinik Parent Education.
Selidik punya selidik, ternyata sang ibu doyan makan kerang yang banyak tercemar oleh limbah zat-zat kimia. "Konsumsi seafood memang sah-sah saja, tapi segala sesuatu yang berlebih memang berakibat buruk," ucap Dra. Louisa.
Dra. Louis, begitu sapaan akrabnya, mengingatkan bahwa ibu hamil memang sangat rentan terhadap berbagai faktor resiko, kesehatan fisik dan psikis pun menjadi dua hal yang harus tetap dijaga.
Terkait dengan autis, gejala lain yang sering menyertai anak autis adalah ADHD. Berbeda dengan autis, Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD ditandai dengan gejala hiperaktif, tidak bisa fokus pada satu kegiatan, tidak bisa diam, sering mengganggu teman dan melakukan akivitas yang jarang dilakukan anak lain pada umumnya.
Anak autis memang bermasalah dalam hal komunikasi dan interaksi sosial, sepertinya mereka memiliki dunianya sendiri. Gejala ADHD pun terkadang hinggap pada mereka, namun tidak semua anak autis disertai dengan gejala ADHD.
"Anak autis belum tentu ADHD, dan begitu pula sebaliknya. Kedua gejala tersebut berbeda satu sama lain. Jika kita ingin tahu apakah seorang anak memiliki gejala ADHD atau tidak, coba dudukkan selama 5 menit saja di depan televisi, pasti ia tidak bisa dan langsung beranjak pergi jika memiliki gejala ADHD," ujar Dra. Louis.
Jika perilaku seorang anak sudah dicurigai sebagai autis atau ADHD, Dra. Louis menyarankan untuk membawanya segera ke dokter atau psikolog.
Orang tua pun harus lebih pintar dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya, faktor apa saja yang memicu perilakunya, tetap menjalin komunikasi dengan anak dan jangan membiarkannya hidup dalam ketidakwajaran.
Namun Dra. Louis pun mengingatkan untuk tidak cepat-cepat memvonis seorang anak hiperaktif. "Tapi jangan salah tanggap juga, anak hiperaktif tidak selalu ADHD. Seorang anak TK umur 5 tahun yang memiliki kemampuan mental sama dengan anak umur 7 tahun, cerdas, aktif dan cepat respon tidak dapat divonis sebagai anak ADHD," ujarnya.
"Yang penting orang tua maupun guru harus tahu apakah perilaku si anak sesuai atau tidak dengan standar usianya. Thomas Alfa Edison aja dianggap bodoh dan dikeluarkan dari sekolah oleh gurunya karena berperilaku aneh, namun justru dialah yang menemukan lampu," tambahnya.
Banyak terapi yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak autis maupun ADHD, diantaranya terapi bicara, okupasi, sensori, diet makanan, floor time, dan lainnya. Namun yag paling penting adalah memberikan terapi sesuai
permasalahannya.
Salah satu cara kreatif yang coba diterapkan Dra. Louis untuk menangani anak ADHD adalah dengan membuat rekaman video. "Orang tua merekam perilaku si anak, kemudian memutarnya kembali untuk membuat si anak tertarik. Lewat video itu, si anak diajarkan perilaku mana yang baik dan mana yang tidak. Bakat, kepribadian dan emosinya pun dapat lebih terpantau. Terapi ini cukup berhasil membuat anak fokus sekaligus mengedukasi anak lewat media yang menarik," ujarnya.
"Orang tua harus kenal dulu penyebabnya apa, dan jangan malu berkomunikasi dengan dokter. Tidak jarang orang tua yang merasa malu dengan keadaan anaknya sehingga membiarkannya begitu saja," ucap wanita yang juga tergabung dalam Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) tersebut.
Penanganan autis memang membutuhkan waktu yang lama, ada yang dapat sembuh dan ada juga yang sulit disembuhkan. "Salah satu pasien saya dapat kembali normal ketika sudah mencapai sarjana. Saya tahu dan melihat sendiri, dibalik kesembuhannya itu ada pengorbanan yang luar biasa dari orang tuanya," ujar Dra. Louis.
"Setiap manusia pasti punya kekurangan, tapi jangan terpaku pada kekurangan itu, lihatlah kelebihannya," demikian ucap Dra. Louis.
Cara berpikir para orang tua pun harus diubah, jangan melihat dari sisi negatifnya saja, tapi lihatlah keadaan tersebut sebagai ladang bagi mereka untuk lebih sabar dan ikhlas.
"Anak autis harus diterima apa adanya, hanya dengan mencintai, menghargai dan dorongan untuk terus belajar, ia akan merasa dicintai pula," ucapnya.
Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/202-pantang-menyerah-menemani-anak-autis
Jakarta, Tidak ada satu orang tua pun yang menginginkan anaknya terlahir sebagai anak autis. Namun ketika hal itu benar-benar menimpa mereka, tidak ada sikap yang lebih baik lagi selain menerima keadaan mereka apa adanya.
Autis merupakan gejala yang timbul karena adanya gangguan atau kelainan saraf pada otak seseorang. Autis bukanlah suatu penyakit, tapi gejala
Saat ini, banyak orang tua yang khawatir ancaman autis bakal menimpa anaknya. Mereka mulai panik ketika bayi mereka tidak bereaksi keika dipanggil, sering menangis, tidak ada eye contact, tidak tersenyum dan kadang terpukau dengan suatu benda.
Dra. Louisa Maspaitella, M.Psi dari RSAB Harapan Kita pun memaklumi kekhawatiran para orang tua tersebut.
"Saat ini jumlah anak autis di Indonesia banyak sekali, dan wajar saja orang tua ketakutan karena banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang anak terkena autis, kita tidak pernah tahu, " ujar psikolog berdarah campuran Jawa dan Ambon tersebut dalam perbincangannya dengan detikhealth.
Dra. Louisa menyebutkan beberapa faktor penyebab autis, diantaranya faktor makanan, psikologi ibu, kurangnya oksigen, bahan-bahan kimia atau obat-obatan dan juga faktor genetik.
"Saya punya seorang pasien anak autis, ironisnya kedua orang tuanya seorang dokter, yang notabennya ahli di bidang medis. Lebih ironisnya lagi, ketiga anak mereka terlahir dalam keadaan autis semua," ungkap wanita yang sehari-harinya disibukkan di RSAB Harapan Kita sebagai ketua tim Poliklinik Parent Education.
Selidik punya selidik, ternyata sang ibu doyan makan kerang yang banyak tercemar oleh limbah zat-zat kimia. "Konsumsi seafood memang sah-sah saja, tapi segala sesuatu yang berlebih memang berakibat buruk," ucap Dra. Louisa.
Dra. Louis, begitu sapaan akrabnya, mengingatkan bahwa ibu hamil memang sangat rentan terhadap berbagai faktor resiko, kesehatan fisik dan psikis pun menjadi dua hal yang harus tetap dijaga.
Terkait dengan autis, gejala lain yang sering menyertai anak autis adalah ADHD. Berbeda dengan autis, Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD ditandai dengan gejala hiperaktif, tidak bisa fokus pada satu kegiatan, tidak bisa diam, sering mengganggu teman dan melakukan akivitas yang jarang dilakukan anak lain pada umumnya.
Anak autis memang bermasalah dalam hal komunikasi dan interaksi sosial, sepertinya mereka memiliki dunianya sendiri. Gejala ADHD pun terkadang hinggap pada mereka, namun tidak semua anak autis disertai dengan gejala ADHD.
"Anak autis belum tentu ADHD, dan begitu pula sebaliknya. Kedua gejala tersebut berbeda satu sama lain. Jika kita ingin tahu apakah seorang anak memiliki gejala ADHD atau tidak, coba dudukkan selama 5 menit saja di depan televisi, pasti ia tidak bisa dan langsung beranjak pergi jika memiliki gejala ADHD," ujar Dra. Louis.
Jika perilaku seorang anak sudah dicurigai sebagai autis atau ADHD, Dra. Louis menyarankan untuk membawanya segera ke dokter atau psikolog.
Orang tua pun harus lebih pintar dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya, faktor apa saja yang memicu perilakunya, tetap menjalin komunikasi dengan anak dan jangan membiarkannya hidup dalam ketidakwajaran.
Namun Dra. Louis pun mengingatkan untuk tidak cepat-cepat memvonis seorang anak hiperaktif. "Tapi jangan salah tanggap juga, anak hiperaktif tidak selalu ADHD. Seorang anak TK umur 5 tahun yang memiliki kemampuan mental sama dengan anak umur 7 tahun, cerdas, aktif dan cepat respon tidak dapat divonis sebagai anak ADHD," ujarnya.
"Yang penting orang tua maupun guru harus tahu apakah perilaku si anak sesuai atau tidak dengan standar usianya. Thomas Alfa Edison aja dianggap bodoh dan dikeluarkan dari sekolah oleh gurunya karena berperilaku aneh, namun justru dialah yang menemukan lampu," tambahnya.
Banyak terapi yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak autis maupun ADHD, diantaranya terapi bicara, okupasi, sensori, diet makanan, floor time, dan lainnya. Namun yag paling penting adalah memberikan terapi sesuai
permasalahannya.
Salah satu cara kreatif yang coba diterapkan Dra. Louis untuk menangani anak ADHD adalah dengan membuat rekaman video. "Orang tua merekam perilaku si anak, kemudian memutarnya kembali untuk membuat si anak tertarik. Lewat video itu, si anak diajarkan perilaku mana yang baik dan mana yang tidak. Bakat, kepribadian dan emosinya pun dapat lebih terpantau. Terapi ini cukup berhasil membuat anak fokus sekaligus mengedukasi anak lewat media yang menarik," ujarnya.
"Orang tua harus kenal dulu penyebabnya apa, dan jangan malu berkomunikasi dengan dokter. Tidak jarang orang tua yang merasa malu dengan keadaan anaknya sehingga membiarkannya begitu saja," ucap wanita yang juga tergabung dalam Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) tersebut.
Penanganan autis memang membutuhkan waktu yang lama, ada yang dapat sembuh dan ada juga yang sulit disembuhkan. "Salah satu pasien saya dapat kembali normal ketika sudah mencapai sarjana. Saya tahu dan melihat sendiri, dibalik kesembuhannya itu ada pengorbanan yang luar biasa dari orang tuanya," ujar Dra. Louis.
"Setiap manusia pasti punya kekurangan, tapi jangan terpaku pada kekurangan itu, lihatlah kelebihannya," demikian ucap Dra. Louis.
Cara berpikir para orang tua pun harus diubah, jangan melihat dari sisi negatifnya saja, tapi lihatlah keadaan tersebut sebagai ladang bagi mereka untuk lebih sabar dan ikhlas.
"Anak autis harus diterima apa adanya, hanya dengan mencintai, menghargai dan dorongan untuk terus belajar, ia akan merasa dicintai pula," ucapnya.
Sumber: http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/202-pantang-menyerah-menemani-anak-autis
Tips Agar Anak Penderita ADHD Tenang
Tips agar si Kecil Penderita ADHD Tenang
* Lingkungan rumah tenang.
* Suasana kamar teduh.
* Terapkan aturan dengan tegas.
* Sediakan ruangan untuk santai.
* Biasakan anak mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
* Piknik ke tempat yang indah dapat membantu anak menanamkan hal-hal positif di dalam pikiran.
* Aturlah pola makan. Hindari konsumsi gula dan bahan makanan berkadar karbohidrat tinggi.
* Ajari anak untuk berlatih menenangkan diri sendiri. Caranya, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. Ulangi beberapa kali.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/anak.hiperaktif.butuh.bantuan/001/007/451/355/-/4
* Lingkungan rumah tenang.
* Suasana kamar teduh.
* Terapkan aturan dengan tegas.
* Sediakan ruangan untuk santai.
* Biasakan anak mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
* Piknik ke tempat yang indah dapat membantu anak menanamkan hal-hal positif di dalam pikiran.
* Aturlah pola makan. Hindari konsumsi gula dan bahan makanan berkadar karbohidrat tinggi.
* Ajari anak untuk berlatih menenangkan diri sendiri. Caranya, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. Ulangi beberapa kali.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/anak.hiperaktif.butuh.bantuan/001/007/451/355/-/4
Anak ADHD Butuh Bantuan
Anak Hiperaktif Butuh Bantuan
Anak yang tak bisa berhenti bergerak sering dicap nakal. Padahal, mungkin saja ia bukan sembarang nakal tapi ada gangguan pemusatan perhatian.
Nakal adalah ciri dari anak yang menderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH). Dan, hubungan sosial si penderita dengan lingkungannya memang kerap jadi terganggu.
Masalahnya, jumlah penderita ADHD di Indonesia cenderung terus meningkat. Mengapa?
Bisa cuma aktif. Balita Anda kelihatan aktif? Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Karena, inilah usia di mana anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungannya. Dalam rentang usia itu, balita berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tapi, kalau ia terlalu aktif atau malah hiperaktif, tentu saja ini tidak wajar!
Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan, sebelum memastikannya, akan dilakukan diagnosa berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat oleh Perhimpunan Psikiater Anak di Amerika Serikat, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4
Untuk gampangnya, ADHD bisa digolongkan menjadi beberapa tipe. Kalau anak memiliki kriteria konsentrasi buruk dan hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi. Jika kriterianya sulit berkonsentrasi, anak termasuk penderita ADHD tipe sulit konsentrasi. Lalu, anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif saja tergolong sebagai penderita ADHD hiperaktif-impulsif.
Kadang-kadang, ada juga anak yang sekilas kriterianya mirip ADHD. Tapi, setelah diperinci satu demi satu, ternyata tidak ada yang cocok. Nah, ini termasuk ADHD tidak tergolongkan
Usia 3, 5 - 7 tahun yang rawan. Sebenarnya, gangguan ADHD tidak begitu sulit dideteksi. Karena, ciri-cirinya begitu khas; yakni sulit berkonsentrasi dan hiperaktif maupun impulsif pada setiap situasi. Dan, gangguan perilaku itu kerap menyebabkan anak gagal melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.
Meski begitu, Anda tidak bisa begitu saja mengatakan kalau anak Anda pasti menderita ADHD, semata-mata bermodalkan ketiga ciri utama itu. Balita Anda masih harus memiliki enam dari sembilan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ketiga ciri utama ADHD sebenarnya sudah bisa diketahui sebelum anak berusia tujuh tahun.
Orang tua musti kompak. Yang pasti, penanganan anak penderita ADHD, baik dalam bentuk terapi perilaku maupun terapi obat, tidak akan memberikan hasil yang optimal bila tidak ditunjang oleh sikap kedua orang tuanya. ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan bisa diobati. Namun, penanganan harus sedini mungkin. Dan, ini dimungkinkan bila Anda dan pasangan cepat tanggap dan menyadari bahwa perilaku anak berlebihan. Dari sini, segeralah berkonsultasi pada ahlinya.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/anak.hiperaktif.butuh.bantuan/001/007/451/355/-/4
Anak yang tak bisa berhenti bergerak sering dicap nakal. Padahal, mungkin saja ia bukan sembarang nakal tapi ada gangguan pemusatan perhatian.
Nakal adalah ciri dari anak yang menderita Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas (GPPH). Dan, hubungan sosial si penderita dengan lingkungannya memang kerap jadi terganggu.
Masalahnya, jumlah penderita ADHD di Indonesia cenderung terus meningkat. Mengapa?
Bisa cuma aktif. Balita Anda kelihatan aktif? Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Karena, inilah usia di mana anak sedang giat-giatnya mengeksplorasi lingkungannya. Dalam rentang usia itu, balita berada dalam fase otonomi atau mencari rasa puas melalui aktivitas geraknya. Tapi, kalau ia terlalu aktif atau malah hiperaktif, tentu saja ini tidak wajar!
Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan, sebelum memastikannya, akan dilakukan diagnosa berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat oleh Perhimpunan Psikiater Anak di Amerika Serikat, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4
Untuk gampangnya, ADHD bisa digolongkan menjadi beberapa tipe. Kalau anak memiliki kriteria konsentrasi buruk dan hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi. Jika kriterianya sulit berkonsentrasi, anak termasuk penderita ADHD tipe sulit konsentrasi. Lalu, anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif saja tergolong sebagai penderita ADHD hiperaktif-impulsif.
Kadang-kadang, ada juga anak yang sekilas kriterianya mirip ADHD. Tapi, setelah diperinci satu demi satu, ternyata tidak ada yang cocok. Nah, ini termasuk ADHD tidak tergolongkan
Usia 3, 5 - 7 tahun yang rawan. Sebenarnya, gangguan ADHD tidak begitu sulit dideteksi. Karena, ciri-cirinya begitu khas; yakni sulit berkonsentrasi dan hiperaktif maupun impulsif pada setiap situasi. Dan, gangguan perilaku itu kerap menyebabkan anak gagal melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.
Meski begitu, Anda tidak bisa begitu saja mengatakan kalau anak Anda pasti menderita ADHD, semata-mata bermodalkan ketiga ciri utama itu. Balita Anda masih harus memiliki enam dari sembilan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ketiga ciri utama ADHD sebenarnya sudah bisa diketahui sebelum anak berusia tujuh tahun.
Orang tua musti kompak. Yang pasti, penanganan anak penderita ADHD, baik dalam bentuk terapi perilaku maupun terapi obat, tidak akan memberikan hasil yang optimal bila tidak ditunjang oleh sikap kedua orang tuanya. ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan bisa diobati. Namun, penanganan harus sedini mungkin. Dan, ini dimungkinkan bila Anda dan pasangan cepat tanggap dan menyadari bahwa perilaku anak berlebihan. Dari sini, segeralah berkonsultasi pada ahlinya.
Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/anak.hiperaktif.butuh.bantuan/001/007/451/355/-/4
Manifestasi Perilaku ADHD
Manifestasi Perilaku
1. Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau ceroboh
b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c. tidak perhatian saat bicara dengan orang lain
d. Tidak mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan tugas
e. sulit mengorganisasikan tugas dan aktivitas
2. hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah /tidak tenang di tempat duduk
b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas / situasi lain dimana seharusnya duduk tenang
c. berlari atau memanjat berlebihan, selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
d. kesulitan bermain/terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai. (Impulsivitas), berbicara terlalu banyak
f. sulit menunggu giliran (Impl) menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Imp)
Sumber: http://www.psikomedia.com/art/artikel.php?id=14
1. Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau ceroboh
b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c. tidak perhatian saat bicara dengan orang lain
d. Tidak mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan tugas
e. sulit mengorganisasikan tugas dan aktivitas
2. hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah /tidak tenang di tempat duduk
b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas / situasi lain dimana seharusnya duduk tenang
c. berlari atau memanjat berlebihan, selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
d. kesulitan bermain/terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai. (Impulsivitas), berbicara terlalu banyak
f. sulit menunggu giliran (Impl) menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Imp)
Sumber: http://www.psikomedia.com/art/artikel.php?id=14
Anak-anak ADHD Beresiko Tinggi Dalam Penyalahgunaan Narkoba
Anak-anak di Tinggi ADHD Risiko Penyalahgunaan Narkoba
Kurang perhatian anak-anak lebih cenderung menggunakan narkoba ketika mereka remaja.
By Colin Allen , published on August 01, 2003 Oleh Colin Allen, diterbitkan 01 Agustus, 2003
Anak-anak yang memiliki kesulitan membayar perhatian mungkin dalam untuk lebih banyak kesulitan selama masa remaja. Gangguan attention-deficit/hyperactivity meningkatkan risiko penyalahgunaan zat pada remaja, menurut sebuah studi baru-baru ini.Peneliti menemukan bahwa para remaja mulai menggunakan obat-obatan, alkohol dan nikotin lebih awal dan lebih sering daripada teman-teman sebaya mereka terfokus. Studi menunjukkan bahwa kekurangan perhatian kesulitan mungkin terbukti sama pentingnya dengan riwayat keluarga alkohol atau masalah penyalahgunaan bahan lainnya.
"Anak-anak dengan ADHD dikenal karena tidak melakukan dengan baik di sekolah," kata Brooke Molina, seorang psikolog dari University of Pittsburgh, "Mereka cenderung jatuh dari budaya mainstream."
Molina dan rekan-rekannya merekrut 142 remaja antara usia 13 dan 18 tahun yang sebelumnya mengunjungi universitas Attention Deficit Disorder Clinic ketika mereka masih muda.Mereka juga merekrut kelompok kontrol dari 100 remaja yang belum didiagnosis dengan gangguan ini.Mereka mewawancarai kedua kelompok tentang obat apa pun kebiasaan yang telah mereka kembangkan.
Setiap kelompok mengatakan mereka telah menggunakan obat-obatan, tapi remaja dengan ADHD adalah tiga kali lebih mungkin untuk menggunakan obat ilegal selain ganja. Mereka melaporkan lebih banyak minum, merokok dan narkoba. Sejumlah 72 persen ADHD masih remaja mereka.
"Mereka yang memiliki gejala yang paling parah di mana yang paling berisiko," catatan Molina. Yang 26 persen yang mengalami masalah kekurangan perhatian lima kali lebih mungkin untuk menggunakan obat-obatan terlarang.
"Pengobatan dengan obat-obatan dan perilaku manajemen telah terbukti paling efektif jenis perawatan," jelas Molina. "Orangtua yang memiliki anak dengan ADHD harus memiliki aturan jelas dan konsisten serta komunikasi yang baik dengan mereka."
ADHD ditemukan dalam 3 sampai 5 persen anak-anak usia sekolah. Molina berharap untuk melanjutkan penelitian untuk melihat bagaimana dampak gangguan orang-orang di masa dewasa. Penelitian ini diterbitkan dalam edisi Agustus Journal of Abnormal Psychology.
Sumber: http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.psychologytoday.com/articles/200308/adhd-kids-higher-risk-drug-abuse
Kurang perhatian anak-anak lebih cenderung menggunakan narkoba ketika mereka remaja.
By Colin Allen , published on August 01, 2003 Oleh Colin Allen, diterbitkan 01 Agustus, 2003
Anak-anak yang memiliki kesulitan membayar perhatian mungkin dalam untuk lebih banyak kesulitan selama masa remaja. Gangguan attention-deficit/hyperactivity meningkatkan risiko penyalahgunaan zat pada remaja, menurut sebuah studi baru-baru ini.Peneliti menemukan bahwa para remaja mulai menggunakan obat-obatan, alkohol dan nikotin lebih awal dan lebih sering daripada teman-teman sebaya mereka terfokus. Studi menunjukkan bahwa kekurangan perhatian kesulitan mungkin terbukti sama pentingnya dengan riwayat keluarga alkohol atau masalah penyalahgunaan bahan lainnya.
"Anak-anak dengan ADHD dikenal karena tidak melakukan dengan baik di sekolah," kata Brooke Molina, seorang psikolog dari University of Pittsburgh, "Mereka cenderung jatuh dari budaya mainstream."
Molina dan rekan-rekannya merekrut 142 remaja antara usia 13 dan 18 tahun yang sebelumnya mengunjungi universitas Attention Deficit Disorder Clinic ketika mereka masih muda.Mereka juga merekrut kelompok kontrol dari 100 remaja yang belum didiagnosis dengan gangguan ini.Mereka mewawancarai kedua kelompok tentang obat apa pun kebiasaan yang telah mereka kembangkan.
Setiap kelompok mengatakan mereka telah menggunakan obat-obatan, tapi remaja dengan ADHD adalah tiga kali lebih mungkin untuk menggunakan obat ilegal selain ganja. Mereka melaporkan lebih banyak minum, merokok dan narkoba. Sejumlah 72 persen ADHD masih remaja mereka.
"Mereka yang memiliki gejala yang paling parah di mana yang paling berisiko," catatan Molina. Yang 26 persen yang mengalami masalah kekurangan perhatian lima kali lebih mungkin untuk menggunakan obat-obatan terlarang.
"Pengobatan dengan obat-obatan dan perilaku manajemen telah terbukti paling efektif jenis perawatan," jelas Molina. "Orangtua yang memiliki anak dengan ADHD harus memiliki aturan jelas dan konsisten serta komunikasi yang baik dengan mereka."
ADHD ditemukan dalam 3 sampai 5 persen anak-anak usia sekolah. Molina berharap untuk melanjutkan penelitian untuk melihat bagaimana dampak gangguan orang-orang di masa dewasa. Penelitian ini diterbitkan dalam edisi Agustus Journal of Abnormal Psychology.
Sumber: http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.psychologytoday.com/articles/200308/adhd-kids-higher-risk-drug-abuse
Treatment ADHD Pada Orang Dewasa
TREATMENT
Perencanaan treatment untuk gangguan ADHD pada orang dewasa berupa;
• Konsultasi pada tenaga profesional
• Pemberian informasi mengenai gangguan ADHD
• Medikasi
• Support group
• Psikoterapi peningkatan self esteem
• Pelatihan mengorganisir kemampuan dalam dirinya
• Konseling pendidikan dan vokasional
• Pengorganisasian kerja atau kuliah
Medikasi
Pemberian obat jenis stimulant Strattera (atomoxetine) pada orang dewasa, sama halnya dengan pada anak-anak, dilaporkan memberikan kontribusi positif pada orang dewasa.
Bila disertai dengan gangguan kecemasan juga disertai dengan pemberian Effexor (Venlafaxine), Wellbutrin (Bupropion). Obat antidepressant tersebut juga apat mengurangi perilaku impulsif merokok pada pasien ADHD.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan untuk Psikoterapi diberikan pada individu untuk meningkatkan skillnya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Terapis juga membantu individu dalam menyusun perencanaan secara teratur seperti membuat agenda, list, kalender atau beberapa catatan penting yang harus dilakukan pada tempat-tempat yang mudah dibaca individu.
Dalam psikoterapi juga akan diberikan manajemen mengatur emosi seperti mengendalikan amarah, mengendalikan rasa cemas, meningkatkan motivasi, dan beberapa perilaku lainnya yang dapat memperburuk gejala yang ada.
Perencanaan treatment untuk gangguan ADHD pada orang dewasa berupa;
• Konsultasi pada tenaga profesional
• Pemberian informasi mengenai gangguan ADHD
• Medikasi
• Support group
• Psikoterapi peningkatan self esteem
• Pelatihan mengorganisir kemampuan dalam dirinya
• Konseling pendidikan dan vokasional
• Pengorganisasian kerja atau kuliah
Medikasi
Pemberian obat jenis stimulant Strattera (atomoxetine) pada orang dewasa, sama halnya dengan pada anak-anak, dilaporkan memberikan kontribusi positif pada orang dewasa.
Bila disertai dengan gangguan kecemasan juga disertai dengan pemberian Effexor (Venlafaxine), Wellbutrin (Bupropion). Obat antidepressant tersebut juga apat mengurangi perilaku impulsif merokok pada pasien ADHD.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan untuk Psikoterapi diberikan pada individu untuk meningkatkan skillnya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Terapis juga membantu individu dalam menyusun perencanaan secara teratur seperti membuat agenda, list, kalender atau beberapa catatan penting yang harus dilakukan pada tempat-tempat yang mudah dibaca individu.
Dalam psikoterapi juga akan diberikan manajemen mengatur emosi seperti mengendalikan amarah, mengendalikan rasa cemas, meningkatkan motivasi, dan beberapa perilaku lainnya yang dapat memperburuk gejala yang ada.
Simtom ADHD Pada Orang Dewasa
SIMTOM
Diagnosa gangguan ADHD pada orang dewasa sulit dilakukan, hal yang mudah ditemukan gejala bila individu tersebut pernah didiagnosa mengalami gangguan ADHD semasa kecilnya.
Secara umum gejala ADHD pada orang dewasa;
- Memiliki diagnosa ADHD dimasa kanak-kanak
- Impulsif
- Pikiran mudah kacau, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu
- Mudah merasa lelah
- Riwayat kegagalan masa sekolah
- Pelbagai permasalahan yang muncul pada pekerjaan
- Meningkatkan kecelakaan
- Mudah cemas
- Kesulitan dalam belajar
- Gangguan afektif
- Rendah penghargaan diri
Untuk diagnosa secara tepat diperlukan pelbagai informasi yang mendukung diagnosa, seperti informasi dari orangtua, sekolah atau teman, disamping itu diperlakukan serangkaian test lainnya. Test psikologi dapat digunakan Conners Rating Scale dan Brown Attention Deficit Disorder Scale, dan juga diperlukan riwayat kehidupan individu untuk memperkuat diagnosa.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi61adhd-de.php
Diagnosa gangguan ADHD pada orang dewasa sulit dilakukan, hal yang mudah ditemukan gejala bila individu tersebut pernah didiagnosa mengalami gangguan ADHD semasa kecilnya.
Secara umum gejala ADHD pada orang dewasa;
- Memiliki diagnosa ADHD dimasa kanak-kanak
- Impulsif
- Pikiran mudah kacau, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu
- Mudah merasa lelah
- Riwayat kegagalan masa sekolah
- Pelbagai permasalahan yang muncul pada pekerjaan
- Meningkatkan kecelakaan
- Mudah cemas
- Kesulitan dalam belajar
- Gangguan afektif
- Rendah penghargaan diri
Untuk diagnosa secara tepat diperlukan pelbagai informasi yang mendukung diagnosa, seperti informasi dari orangtua, sekolah atau teman, disamping itu diperlakukan serangkaian test lainnya. Test psikologi dapat digunakan Conners Rating Scale dan Brown Attention Deficit Disorder Scale, dan juga diperlukan riwayat kehidupan individu untuk memperkuat diagnosa.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi61adhd-de.php
ADHD Pada Orang Dewasa
ADHD Pada Orang Dewasa
ADHD tidak saja mengidap pada anak-anak, sebagian besar gangguan tersebut tetap dibawa sampai dewasa. Secara umum, orang dewasa tidak menyadari adanya gangguan ADHD dalam dirinya, mereka hampir tidak merasakan adanya gangguan tersebut. Hal lainnya yang mempengaruhi kepercayaan itu bahwa dirinya beranggapan kemungkinan adanya kecemasan atau barangkali mengalami depresi. Akibatnya gangguan ADHD kadang jarang sekali terdeteksi pada orang dewasa.
Diagnosa ADHD pada orang dewasa diambil secara hati-hati oleh tenaga profesional, pengumpulan data dilakukan berdasarkan riwayat hidup berupa case history, informasi dari teman dan kampus atau ditempat kerja secara bersamaan. Tenaga profesional juga akan menlakukan serangkaian test berupa, test fisik, test psikologi atau beberapa kondisi lain seperti kemampuan belajar, kecemasan atau gangguan afeksi.
Dampak ADHD pada orang dewasa berakibat pada rendahnya pendidikan dan prestasi yang ditempah selama kuliah, tantangan pada hubungan interaksi dengan orang lain, pikiran-pikiran antisosial, dan rendahnya self esteem. Individu dengan ADHD juga rentan dalam gangguan depresi, gangguan bipolar, atau gangguan kecemasan.
Gangguan ADHD sebenarnya lebih banyak mengidap pada anak-anak, namun penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa 2-3 anak yang pernah didiagnosa mengalami gangguan ADHD pada masa kecilnya akan membawa gangguan tersebut sampai dewasa. Akan tetapi bila tidak ditemukan riwayat ADHD pada masa kanak-kanak atau individu yang tidak terdiagnosa ADHD sebelumnya, kebanyakan mereka tidak terdeteksi secara tepat, artinya kesalahan dalam diagnosa yang lebih memfokuskan pada gangguan belajar, problem pada cita-cita atau bahkan gangguan kepribadian.
Kesalahan diagnosa bisa disebakan oleh adanya pelbagai permasalahan lainnya seperti kesulitan dalam menjalin persahabatan, kontrol emosi (amarah), depresi, dan penyalahgunaan alkohol.
Oleh sebab itu tenaga profesional harus mengambil beberapa informasi akurat sebelum memutuskan diagnosa ADHD secara meyakinkan, informasi dari angota keluarga, teman dan pihak sekolah sebelumnya diperlukan untuk memperkuat diagnosa.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi61adhd-de.php
ADHD tidak saja mengidap pada anak-anak, sebagian besar gangguan tersebut tetap dibawa sampai dewasa. Secara umum, orang dewasa tidak menyadari adanya gangguan ADHD dalam dirinya, mereka hampir tidak merasakan adanya gangguan tersebut. Hal lainnya yang mempengaruhi kepercayaan itu bahwa dirinya beranggapan kemungkinan adanya kecemasan atau barangkali mengalami depresi. Akibatnya gangguan ADHD kadang jarang sekali terdeteksi pada orang dewasa.
Diagnosa ADHD pada orang dewasa diambil secara hati-hati oleh tenaga profesional, pengumpulan data dilakukan berdasarkan riwayat hidup berupa case history, informasi dari teman dan kampus atau ditempat kerja secara bersamaan. Tenaga profesional juga akan menlakukan serangkaian test berupa, test fisik, test psikologi atau beberapa kondisi lain seperti kemampuan belajar, kecemasan atau gangguan afeksi.
Dampak ADHD pada orang dewasa berakibat pada rendahnya pendidikan dan prestasi yang ditempah selama kuliah, tantangan pada hubungan interaksi dengan orang lain, pikiran-pikiran antisosial, dan rendahnya self esteem. Individu dengan ADHD juga rentan dalam gangguan depresi, gangguan bipolar, atau gangguan kecemasan.
Gangguan ADHD sebenarnya lebih banyak mengidap pada anak-anak, namun penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa 2-3 anak yang pernah didiagnosa mengalami gangguan ADHD pada masa kecilnya akan membawa gangguan tersebut sampai dewasa. Akan tetapi bila tidak ditemukan riwayat ADHD pada masa kanak-kanak atau individu yang tidak terdiagnosa ADHD sebelumnya, kebanyakan mereka tidak terdeteksi secara tepat, artinya kesalahan dalam diagnosa yang lebih memfokuskan pada gangguan belajar, problem pada cita-cita atau bahkan gangguan kepribadian.
Kesalahan diagnosa bisa disebakan oleh adanya pelbagai permasalahan lainnya seperti kesulitan dalam menjalin persahabatan, kontrol emosi (amarah), depresi, dan penyalahgunaan alkohol.
Oleh sebab itu tenaga profesional harus mengambil beberapa informasi akurat sebelum memutuskan diagnosa ADHD secara meyakinkan, informasi dari angota keluarga, teman dan pihak sekolah sebelumnya diperlukan untuk memperkuat diagnosa.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi61adhd-de.php
Treatment ADHD Pada Anak-Anak
TREATMENT
Studi yang begitu lama membuktikan bahwa kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi (behavioral therapy) dan manajemen medikasi yang tepat, terapi yang intensif dan komunitas treatment yang rutin telah menolong anak-anak dengan gangguan ADHD menjadi lebih baik. Menurunnya intensitas kecemasan, membaiknya penampilan di sekolah, meningkatnya kualitas hubungan antara orangtua-anak, meningkatkan kemampuan sosial merupakan keuntungan pemberian treatment secara dini, tentunya dengan medikasi yang rendah dosis.
Kadang beberapa anak menunjukkan efek buruk dari medikasi, oleh karenanya perlunya pengawasan ketat dalam pemberian obat-obatan, apalgi bila anak tersebut disertai dengan gangguan kecemasan dan depresi. Haruslah berhati-hati dalam memberi obat-obatan medis
a) Medikasi
Jenis obat simultan berguna menurunkan gejala hiperaktif dan kompulsif, beberapa anak juga dilaporkan meningkatnya konsentrasi, pekerjaan dan belajar. Selain itu obat jenis simultan juga meningkatkan koordinasi tubuh sehingga anak tidak menemui kesulitan dalam melakukan pekerjaan tangan atau berolahraga.
Jenis simultan dianggap paling baik, dalam dosis yang rendah tidak akan membuat anak seperti “fly”. Selama pemberian obat dalam dosis rendah dan terkontrol jenis simultan ini dianggap tidak menimbulkan adiktif. Dalam treatmen juga diusahakan manajemen pemberian obat-obatan, misalnya seminggu sekali atau pada waktu siang hari.
Jika dalam seminggu tidak memberi pengaruh meningkatkan performance, dokter akan meningkatkan dosis, jika tidak juga memberi pengaruh maka dokter akan mengganti dengan obat jenis lainnya.
Obat yang digunakan untuk gangguan ADHD pada anak-anak
Nama Obat
Nama Generik
Peruntuk
Adderall
Adderall XR
amphetamine
3 > Tahun
Concerta
methylphenidate
6 > tahun
Cylert
pemoline
6 > tahun
Daytrana
methylphenidate
6 > tahun
Dexedrine
Dextrostat
dextroamphetamine
3 > Tahun
Focalin
dexmethylphenidate
6 > tahun
Metadate ER
Metadate CD
methylphenidate
6 > tahun
Ritalin
methylphenidate
6 > tahun
Strattera
atomextine
6 > tahun
Vyvanse
lisdexamfetamine
6 > tahun
Cylert mempunyai pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal, oleh karenanya obat ini tidak diberikan pada awal-awal terapi
b) Psikoterapi
Behavior therapy
Terapi ini berguna untuk meningkatkan kemampuan pada anak, pada terapi ini orangtua terlibat langsung dalam terapi, misalnya memberikan penghargaan terhadap perilaku yang positif yang ditujukkan oleh anak. Ketika anak mulai kehilangan kontrol, orangtua mengambil time out, dan menyuruh anak untuk diam di kursinya sampai ia menjadi tenang. Tujuan dalam terapi ini juga mengajarkan anak untuk mengenal muatan-muatan emosinya. Terapi juga mengajarkan orangtua teknik-teknik bersenang-senang dengan anak ADHD tanpa harus merasa tertekan.
Social skills training
Dalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal melalui insyarat wajah, ekspresi roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam pelbagai situasi sosial. Disamping itu anak juga diajarkan untuk belajar mengendalikan impuls misalnya dilatih untuk menunggu giliran bermain, berbagi mainan dengan temannya, Pelatihan ini juga diharapkan anak dapat mengontrol perilaku amarah yang tidak terkendali.
Family support groups
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan membesarkan anak-anak mereka.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
Studi yang begitu lama membuktikan bahwa kombinasi antara obat-obatan dan psikoterapi (behavioral therapy) dan manajemen medikasi yang tepat, terapi yang intensif dan komunitas treatment yang rutin telah menolong anak-anak dengan gangguan ADHD menjadi lebih baik. Menurunnya intensitas kecemasan, membaiknya penampilan di sekolah, meningkatnya kualitas hubungan antara orangtua-anak, meningkatkan kemampuan sosial merupakan keuntungan pemberian treatment secara dini, tentunya dengan medikasi yang rendah dosis.
Kadang beberapa anak menunjukkan efek buruk dari medikasi, oleh karenanya perlunya pengawasan ketat dalam pemberian obat-obatan, apalgi bila anak tersebut disertai dengan gangguan kecemasan dan depresi. Haruslah berhati-hati dalam memberi obat-obatan medis
a) Medikasi
Jenis obat simultan berguna menurunkan gejala hiperaktif dan kompulsif, beberapa anak juga dilaporkan meningkatnya konsentrasi, pekerjaan dan belajar. Selain itu obat jenis simultan juga meningkatkan koordinasi tubuh sehingga anak tidak menemui kesulitan dalam melakukan pekerjaan tangan atau berolahraga.
Jenis simultan dianggap paling baik, dalam dosis yang rendah tidak akan membuat anak seperti “fly”. Selama pemberian obat dalam dosis rendah dan terkontrol jenis simultan ini dianggap tidak menimbulkan adiktif. Dalam treatmen juga diusahakan manajemen pemberian obat-obatan, misalnya seminggu sekali atau pada waktu siang hari.
Jika dalam seminggu tidak memberi pengaruh meningkatkan performance, dokter akan meningkatkan dosis, jika tidak juga memberi pengaruh maka dokter akan mengganti dengan obat jenis lainnya.
Obat yang digunakan untuk gangguan ADHD pada anak-anak
Nama Obat
Nama Generik
Peruntuk
Adderall
Adderall XR
amphetamine
3 > Tahun
Concerta
methylphenidate
6 > tahun
Cylert
pemoline
6 > tahun
Daytrana
methylphenidate
6 > tahun
Dexedrine
Dextrostat
dextroamphetamine
3 > Tahun
Focalin
dexmethylphenidate
6 > tahun
Metadate ER
Metadate CD
methylphenidate
6 > tahun
Ritalin
methylphenidate
6 > tahun
Strattera
atomextine
6 > tahun
Vyvanse
lisdexamfetamine
6 > tahun
Cylert mempunyai pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal, oleh karenanya obat ini tidak diberikan pada awal-awal terapi
b) Psikoterapi
Behavior therapy
Terapi ini berguna untuk meningkatkan kemampuan pada anak, pada terapi ini orangtua terlibat langsung dalam terapi, misalnya memberikan penghargaan terhadap perilaku yang positif yang ditujukkan oleh anak. Ketika anak mulai kehilangan kontrol, orangtua mengambil time out, dan menyuruh anak untuk diam di kursinya sampai ia menjadi tenang. Tujuan dalam terapi ini juga mengajarkan anak untuk mengenal muatan-muatan emosinya. Terapi juga mengajarkan orangtua teknik-teknik bersenang-senang dengan anak ADHD tanpa harus merasa tertekan.
Social skills training
Dalam pelatihan ini anak belajar cara-cara menghargai dan menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermainnya. Pelatihan ini juga anak diajarkan kecakapan bahasa nonverbal melalui insyarat wajah, ekspresi roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam pelbagai situasi sosial. Disamping itu anak juga diajarkan untuk belajar mengendalikan impuls misalnya dilatih untuk menunggu giliran bermain, berbagi mainan dengan temannya, Pelatihan ini juga diharapkan anak dapat mengontrol perilaku amarah yang tidak terkendali.
Family support groups
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan membesarkan anak-anak mereka.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
Simtom ADHD Pada Anak-Anak
SIMTOM
Gejala diagnosa bila 6 gejala atau lebih menetap minimal selama 6 bulan atau lebih yang berpengaruh pada tingkat perkembangan mental;
1) Gejala gangguan tipe atensi
a) Sulit berkonsentrasi, mengorganisir tugas, atau mempersiapkan peralatan untuk tugas
b) Mudah terpengaruh atau kehilangan konsentrasi bila ada faktor gangguan atau suara
c) Tidak mampu berkonsentrasi pada hal-hal detil atau mengikuti instruksi
d) Sering membuat kesalahan pada tugas disekolah atau aktivitas tertentu
e) Gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas penting di sekolah
f) Mudah lupa
g) Seperti tidak menyimak pembicaraan, terlihat lesu atau kurang bergairah dan sering melamun
2) Gejala gangguan tipe hiperaktif-kompulsif
a) Selalu terlihat aktif, ingin melakukan sesuatu
b) Gelisah, selalu melipat tangan atau kakinya ketika duduk
c) Tidak bisa diam, selalu ingin bergerak
d) Pada anak relatif kecil suka berlari, melompat dan memanjat secara konstan
e) Berbicara setiap waktu
f) Langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
g) Tidak sabar dalam menunggu giliran
h) Suka menyeletuk pembicaraan orang lain
3) Tipe kombinasi antara gangguan atensi dan hiperaktif-kompulsif
Setiap anak yang diduga mengidap gangguan ADHD haruslah hati-hati dalam kesimpulan diagnosa, karena simtom yang ada bisa saja menyerupai seperti gangguan ADHD akan tetapi sebenarnya anak tersebut bisa saja dalam kondisi medis tertentu, atau dalam situasi stress yang dapat mempengaruhi perilakunya menyerupai gangguan ADHD. Oleh sebab itu kondisi tersebut haruslah didiagnosa oleh tenaga profesional yang sudah berpengalaman dibidangnya.
Dalam melakukan diagnosa, tenaga profesional (bahkan terlibat beberapa bidang ahli di dalamnya seperti; psikiater, psikolog, dokter anak, neurologis, tenaga sosial) akan melakukan assessment secara klinis dengan melihat akademik dan situasi sosial anak, fungsi emosi dan kemampuan dalam perkembangan.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
Gejala diagnosa bila 6 gejala atau lebih menetap minimal selama 6 bulan atau lebih yang berpengaruh pada tingkat perkembangan mental;
1) Gejala gangguan tipe atensi
a) Sulit berkonsentrasi, mengorganisir tugas, atau mempersiapkan peralatan untuk tugas
b) Mudah terpengaruh atau kehilangan konsentrasi bila ada faktor gangguan atau suara
c) Tidak mampu berkonsentrasi pada hal-hal detil atau mengikuti instruksi
d) Sering membuat kesalahan pada tugas disekolah atau aktivitas tertentu
e) Gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas penting di sekolah
f) Mudah lupa
g) Seperti tidak menyimak pembicaraan, terlihat lesu atau kurang bergairah dan sering melamun
2) Gejala gangguan tipe hiperaktif-kompulsif
a) Selalu terlihat aktif, ingin melakukan sesuatu
b) Gelisah, selalu melipat tangan atau kakinya ketika duduk
c) Tidak bisa diam, selalu ingin bergerak
d) Pada anak relatif kecil suka berlari, melompat dan memanjat secara konstan
e) Berbicara setiap waktu
f) Langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
g) Tidak sabar dalam menunggu giliran
h) Suka menyeletuk pembicaraan orang lain
3) Tipe kombinasi antara gangguan atensi dan hiperaktif-kompulsif
Setiap anak yang diduga mengidap gangguan ADHD haruslah hati-hati dalam kesimpulan diagnosa, karena simtom yang ada bisa saja menyerupai seperti gangguan ADHD akan tetapi sebenarnya anak tersebut bisa saja dalam kondisi medis tertentu, atau dalam situasi stress yang dapat mempengaruhi perilakunya menyerupai gangguan ADHD. Oleh sebab itu kondisi tersebut haruslah didiagnosa oleh tenaga profesional yang sudah berpengalaman dibidangnya.
Dalam melakukan diagnosa, tenaga profesional (bahkan terlibat beberapa bidang ahli di dalamnya seperti; psikiater, psikolog, dokter anak, neurologis, tenaga sosial) akan melakukan assessment secara klinis dengan melihat akademik dan situasi sosial anak, fungsi emosi dan kemampuan dalam perkembangan.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
ADHD Pada Anak-anak
ADHD Pada Anak-anak
Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak anak masa pra sekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh benda-benda disekitarnya. Bila orangtua menangkap gejala tersebut seharusnya segeralah membawa anaknya ke dokter anak atau psikolog. Penangan secara dini akan memberikan kontribusi perilaku yang lebih baik ketika anak memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
Gangguan hiperaktif-kompulsif mungkin secara langsung bisa terlihat pada perilaku anak, namun tidak pada tipe gangguan atensi, anak terlihat dapat bekerjasama dengan orang sekitarnya, sehingga tipe ini kadang terabaikan secara kasat mata.
Untuk mendiagnosa secara tepat, tenaga profesional biasanya akan mengumpulkan data-data secara lengkap untuk memutuskan diagnosis apakah anak tersebut mengidap gangguan ADHD atau tidak, data tersebut berupa;
- latar belakang keluarga anak
- Kemungkinan gangguan pendengaran
- Ketidakmampuan belajar
- Kecemasan dan depresi
- Pengaruh obat-obatan sebelumnya yang memungkinkan terjadinya gangguan otak
- Kondisi fisik seperti kondisi lobus frontal
- Test psikologi (adaptasi sosial, kesehatan mental, test intelligensi, dan test prestasi)
- Situasi-situasi pencetus stress pada anak
Beberapa test lainnya dapat diberikan oleh terapis berupa tes kemampuan membaca, pemecahan matematika, atau beberapa papan permainan. Tenaga profesional kadang juga perlu melakukan obervasi secara langsung dalam kehidupan sang anak. Bila ditemukan adanya gangguan ADHD secara pasti, tenaga ahli akan membicarakan masalah ini kepada gurunya di sekolah, guru juga akan dilibatkan dalam mendiagnosa gangguan tersebut, biasanya guru akan diberikan sebuah form evaluasi (behavior rating scales) perilaku anak untuk diisi oleh guru yang bersangkutan.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak anak masa pra sekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh benda-benda disekitarnya. Bila orangtua menangkap gejala tersebut seharusnya segeralah membawa anaknya ke dokter anak atau psikolog. Penangan secara dini akan memberikan kontribusi perilaku yang lebih baik ketika anak memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
Gangguan hiperaktif-kompulsif mungkin secara langsung bisa terlihat pada perilaku anak, namun tidak pada tipe gangguan atensi, anak terlihat dapat bekerjasama dengan orang sekitarnya, sehingga tipe ini kadang terabaikan secara kasat mata.
Untuk mendiagnosa secara tepat, tenaga profesional biasanya akan mengumpulkan data-data secara lengkap untuk memutuskan diagnosis apakah anak tersebut mengidap gangguan ADHD atau tidak, data tersebut berupa;
- latar belakang keluarga anak
- Kemungkinan gangguan pendengaran
- Ketidakmampuan belajar
- Kecemasan dan depresi
- Pengaruh obat-obatan sebelumnya yang memungkinkan terjadinya gangguan otak
- Kondisi fisik seperti kondisi lobus frontal
- Test psikologi (adaptasi sosial, kesehatan mental, test intelligensi, dan test prestasi)
- Situasi-situasi pencetus stress pada anak
Beberapa test lainnya dapat diberikan oleh terapis berupa tes kemampuan membaca, pemecahan matematika, atau beberapa papan permainan. Tenaga profesional kadang juga perlu melakukan obervasi secara langsung dalam kehidupan sang anak. Bila ditemukan adanya gangguan ADHD secara pasti, tenaga ahli akan membicarakan masalah ini kepada gurunya di sekolah, guru juga akan dilibatkan dalam mendiagnosa gangguan tersebut, biasanya guru akan diberikan sebuah form evaluasi (behavior rating scales) perilaku anak untuk diisi oleh guru yang bersangkutan.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi60adhd-an.php
Tipe ADHD
TIPE ADHD
Ada tiga tipe utama ADHD yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan kombinasi antara keduanya. Hal yang perlu diingat bahwa adanya kemungkinan setiap anak menunjukkan adanya gejala ADHD dalam perilakunya sehari-hari, hal ini bukanlah berarti bahwa anak tersebut secara langsung dapat dianggap mengidap gangguan ADHD, bila gejala-gejala yang ada terus berlanjut, maka barulah diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan profesional.
1) Tipe hiperaktif-impulsif
Tipe hiperaktif-impulsif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya anak dengan tipe ini sangat sulit untuk duduk tetap, anak ini akan mengalami pelbagai permasalahan di sekolah. Secara awam anak dengan ADHD tipe ini tidak terdeteksi secara nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan dengan minat, perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi, atau dianggap tidak disiplin.
Tanda-tanda tersebut berlanjut pada adanya gangguan perilaku impulsif, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menjalin persahabatan, terlihat bingung dan sebagainya disekolah atau dirumahnya. Biasanya gangguan ADHD akan diketahui dikemudian harinya.
Anak hiperaktif
Anak hiperaktif selalu terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya. Ia akan menyentuh segala sesuatunya yang terbersit dalam pikirannya, bermain atau berlari kesana-kemari dan berbicara setiap ada waktu. Anak hiperaktif kesulitan untuk diam, tidak bisa duduk atau mendengarkan, mungkin saja ia menggoyangkan badannya, berjalan kesana-kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. Anak hiperaktif selalu terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah pernah ia kerjakan sebelumnya.
Anak impulsif
Anak impulsif terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya sebelum melakukan pekerjaannya. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya, pengungkapan emosi yang tidak terkendali, dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan dampak dan konsekuensinya. Anak impulsif tidak sabar menunggu untuk melakukan keinginannya. Individu tipe ini termasuk remaja dan orang dewasa lbih memilih aktivitas-aktivitas tertentu yang mudah untuk mendapat penghargaan.
Indikasi gangguan;
- Berlari, memanjat atau tidak bisa diam, tidak mau duduk ketika ia diharapkan untuk diam
- Suka menyeletuk pembicaraan orang lain
- Tidak menyukai antri atau menunggu giliran
- Tidak menyukai aktivitas yang sifatnya tenang, misalnya perpustakaan
- Suka menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
- Gelisah, melipat tangannya ke kakinya dan suka menggeliat ketika duduk
- Pada orang dewasa; mudah merasa gelisah, berbicara terlalu banyak.
2) Tipe gangguan atensi
Anak yang didiagnosa dengan tipe ini akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.
Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya, sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya.
Indikasi gangguan;
- Tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal kecil, banyak membuat kesalahan di sekolah atau aktivitas dalam kelompoknya
- Mudah terganggu konsentrasi pada suara atau hal lainnya
- Tidak dapat mengerti pada instruksi dan membuat banyak kesalahan, tidak menyelesaikan tugasnya
- Mudah lupa pada alat-alat sekolah, misalnya pensil, buku
- Kesulitan dalam mengatur aktivitas atau kegiatan penting lainnya
- Perilaku tidak menunjukkan bahwa ia sedang mendengar atau memperhatikan dengan serius
- Menghindari atau tidak menyukai hal-hal yang menyangkut dengan permasalahan mental seperti motivasi, menikmati atau terlibat dalam kegembiraan (enjoyable) dalam jangka waktu lama.
3) Tipe kombinasi
Tipe kombinasi merupakan kombinasi antara dua tipe hiperaktif-kompulsif dan gangguan atensi.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Ada tiga tipe utama ADHD yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan kombinasi antara keduanya. Hal yang perlu diingat bahwa adanya kemungkinan setiap anak menunjukkan adanya gejala ADHD dalam perilakunya sehari-hari, hal ini bukanlah berarti bahwa anak tersebut secara langsung dapat dianggap mengidap gangguan ADHD, bila gejala-gejala yang ada terus berlanjut, maka barulah diperlukan kunjungan ke tenaga kesehatan profesional.
1) Tipe hiperaktif-impulsif
Tipe hiperaktif-impulsif berhubungan erat dengan self control pada anak, biasanya anak dengan tipe ini sangat sulit untuk duduk tetap, anak ini akan mengalami pelbagai permasalahan di sekolah. Secara awam anak dengan ADHD tipe ini tidak terdeteksi secara nyata, kebanyakan orang akan beranggapan bahwa anak tersebut mengalami permasalahan dengan minat, perhatian, tidak termotivasi, kurang berkonsentrasi, atau dianggap tidak disiplin.
Tanda-tanda tersebut berlanjut pada adanya gangguan perilaku impulsif, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menjalin persahabatan, terlihat bingung dan sebagainya disekolah atau dirumahnya. Biasanya gangguan ADHD akan diketahui dikemudian harinya.
Anak hiperaktif
Anak hiperaktif selalu terlihat penuh semangat dalam setiap gerakan dan perilakunya. Ia akan menyentuh segala sesuatunya yang terbersit dalam pikirannya, bermain atau berlari kesana-kemari dan berbicara setiap ada waktu. Anak hiperaktif kesulitan untuk diam, tidak bisa duduk atau mendengarkan, mungkin saja ia menggoyangkan badannya, berjalan kesana-kemari, menyentuh benda-benda, mencoret-coret dengan pensil. Anak hiperaktif selalu terlihat sibuk dan selalu mencoba melakukan sesuatu meskipun sudah pernah ia kerjakan sebelumnya.
Anak impulsif
Anak impulsif terlihat seperti tidak mampu untuk mengontrol reaksi atau pikirannya sebelum melakukan pekerjaannya. Mereka sering berkata tanpa berpikir sebelumnya, pengungkapan emosi yang tidak terkendali, dan melakukan sesuatu tanpa memperhatikan dampak dan konsekuensinya. Anak impulsif tidak sabar menunggu untuk melakukan keinginannya. Individu tipe ini termasuk remaja dan orang dewasa lbih memilih aktivitas-aktivitas tertentu yang mudah untuk mendapat penghargaan.
Indikasi gangguan;
- Berlari, memanjat atau tidak bisa diam, tidak mau duduk ketika ia diharapkan untuk diam
- Suka menyeletuk pembicaraan orang lain
- Tidak menyukai antri atau menunggu giliran
- Tidak menyukai aktivitas yang sifatnya tenang, misalnya perpustakaan
- Suka menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan
- Gelisah, melipat tangannya ke kakinya dan suka menggeliat ketika duduk
- Pada orang dewasa; mudah merasa gelisah, berbicara terlalu banyak.
2) Tipe gangguan atensi
Anak yang didiagnosa dengan tipe ini akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.
Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya, sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya.
Indikasi gangguan;
- Tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal kecil, banyak membuat kesalahan di sekolah atau aktivitas dalam kelompoknya
- Mudah terganggu konsentrasi pada suara atau hal lainnya
- Tidak dapat mengerti pada instruksi dan membuat banyak kesalahan, tidak menyelesaikan tugasnya
- Mudah lupa pada alat-alat sekolah, misalnya pensil, buku
- Kesulitan dalam mengatur aktivitas atau kegiatan penting lainnya
- Perilaku tidak menunjukkan bahwa ia sedang mendengar atau memperhatikan dengan serius
- Menghindari atau tidak menyukai hal-hal yang menyangkut dengan permasalahan mental seperti motivasi, menikmati atau terlibat dalam kegembiraan (enjoyable) dalam jangka waktu lama.
3) Tipe kombinasi
Tipe kombinasi merupakan kombinasi antara dua tipe hiperaktif-kompulsif dan gangguan atensi.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Penyebab ADHD
FAKTOR PENYEBAB
Penyebab kemunculan ADHD tidak diketahui dengan pasti, orangtua dengan memiliki anak ADHD tidak perlu berkecil hati atau menyalahkan diri sendiri, hal terpenting untuk dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan pada anak agar ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orangtua juga selayaknya mencari informasi secara tepat mengenai pelbagai informasi mengenai ADHD, terapi, cara pengasuhan dan jenis obat-obatan yang mendukung dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai fungsional lobus frontal pada anak-anak ADHD, kerusakan fungsi lobus frontal diyakini sebagai salah penyebab simtom ADHD muncul ―sementara fungsi bagian otak tersebut adalah sebagai kontrol perencanaan, pemecahan masalah, mengerti perilaku orang lain, dan mengatur impuls adalah hal-hal yang tidak dimiliki oleh penderita ADHD.
Beberapa kemungkinan faktor penyebab kemunculan ADHD;
1) Genetik
Penyebab terbanyak dalam kasus ADHD adalah faktor genetika, sama halnya dengan beberapa jenis gangguan lainnya yang serupa. Menurut para ahli, penderita ADHD ditemukan kadar dopamine yang rendah dalam otak. Untuk saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis gen-gen yang terlibat dalam memproduksi kimia dopamine dalam otak seperti studi yang dilakukan oleh ADHD Molecular Genetics Network.
2) Cedera kepala
Cedera kepala diperkirakan dapat memunculkan ADHD. Cedera kepala dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan berlebihan (menjadi racun) atau luka pada masa sebelum atau sesudah melahirkan. Para ahli memperkirakan kerusakan (luka) pada bagian lobus frontal ini dapat menjadi salah faktor kemunculan ADHD
3) Makanan
Jenis makanan adiktif dan gula dapat memberikan perilaku tertentu pada anak-anak, para ahli meyakini bahwa jenis makanan adiktif dan gula (termasuk pelbagai manisan) dapat memperburuk kondisi ADHD dalam perilaku abnormal.
Pada tahun 1982 para ahli telah membahas isu ini, dalam temuan mereka disebutkan bahwa sekitar 5% anak ADHD menunjukkan penurunan perilaku abnormal setelah melakukan diet gula, akan tetapi beberapa penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara ADHD dan gula.
Terpenting dalam beberapa penelitian tersebut para ahli menyimpulkan secara bersama kekurangan asam lemak omega-3 berhubungan erat dengan simtom ADHD. Omega-3 merupakan lemak yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan fungsi otak, kekurangan lemak ini memberikan kontribusi munculnya pelbagai penyimpangan seperti ADHD.
Suplemen minyak ikan dapat mengurangi simtom-simtom ADHD yang muncul, beberapa anak menunjukkan kemajuan disekolah dengan meminum suplemen tersebut.
4) Lingkungan
Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa penelitian menunjukkan anak yang mengidap ADHD berhubungan erat dengan ibu yang merokok selama masa kehamilan, di duga nikotin dapat mengakibatkan hypoxia (kekurangan oksigen) pada janin yang pada akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak dan menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya yang dipenuhi dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa sesudah melahirkan mempunyai hubungan erat dengan kemunculan ADHD pada anaknya.
Penelitian (2006) yang dilakukan oleh Environmental Health Perspectives menemukan bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu yang merokok selama kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih parah 2,5 kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan.
Faktor lainnya yang diduga berasal dari lingkungan yang dapat memunculkan ADHD pada anak adalah cat, beberapa jenis cat yang berbau menyengat atau cat dinding pada rumah yang sudah berumur. Saluran pipa yang berkarat juga mengandung toksik karat yang berbahaya.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Penyebab kemunculan ADHD tidak diketahui dengan pasti, orangtua dengan memiliki anak ADHD tidak perlu berkecil hati atau menyalahkan diri sendiri, hal terpenting untuk dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan pada anak agar ia mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orangtua juga selayaknya mencari informasi secara tepat mengenai pelbagai informasi mengenai ADHD, terapi, cara pengasuhan dan jenis obat-obatan yang mendukung dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
Saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai fungsional lobus frontal pada anak-anak ADHD, kerusakan fungsi lobus frontal diyakini sebagai salah penyebab simtom ADHD muncul ―sementara fungsi bagian otak tersebut adalah sebagai kontrol perencanaan, pemecahan masalah, mengerti perilaku orang lain, dan mengatur impuls adalah hal-hal yang tidak dimiliki oleh penderita ADHD.
Beberapa kemungkinan faktor penyebab kemunculan ADHD;
1) Genetik
Penyebab terbanyak dalam kasus ADHD adalah faktor genetika, sama halnya dengan beberapa jenis gangguan lainnya yang serupa. Menurut para ahli, penderita ADHD ditemukan kadar dopamine yang rendah dalam otak. Untuk saat ini sedang dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai jenis gen-gen yang terlibat dalam memproduksi kimia dopamine dalam otak seperti studi yang dilakukan oleh ADHD Molecular Genetics Network.
2) Cedera kepala
Cedera kepala diperkirakan dapat memunculkan ADHD. Cedera kepala dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan berlebihan (menjadi racun) atau luka pada masa sebelum atau sesudah melahirkan. Para ahli memperkirakan kerusakan (luka) pada bagian lobus frontal ini dapat menjadi salah faktor kemunculan ADHD
3) Makanan
Jenis makanan adiktif dan gula dapat memberikan perilaku tertentu pada anak-anak, para ahli meyakini bahwa jenis makanan adiktif dan gula (termasuk pelbagai manisan) dapat memperburuk kondisi ADHD dalam perilaku abnormal.
Pada tahun 1982 para ahli telah membahas isu ini, dalam temuan mereka disebutkan bahwa sekitar 5% anak ADHD menunjukkan penurunan perilaku abnormal setelah melakukan diet gula, akan tetapi beberapa penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara ADHD dan gula.
Terpenting dalam beberapa penelitian tersebut para ahli menyimpulkan secara bersama kekurangan asam lemak omega-3 berhubungan erat dengan simtom ADHD. Omega-3 merupakan lemak yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan fungsi otak, kekurangan lemak ini memberikan kontribusi munculnya pelbagai penyimpangan seperti ADHD.
Suplemen minyak ikan dapat mengurangi simtom-simtom ADHD yang muncul, beberapa anak menunjukkan kemajuan disekolah dengan meminum suplemen tersebut.
4) Lingkungan
Asap rokok mempunyai hubungan erat dengan ADHD, beberapa penelitian menunjukkan anak yang mengidap ADHD berhubungan erat dengan ibu yang merokok selama masa kehamilan, di duga nikotin dapat mengakibatkan hypoxia (kekurangan oksigen) pada janin yang pada akhirnya dapat membuat bayi kekurangan suplai oksigen ke otak dan menimbulkan kerusakan. Penelitian ini berlanjut pada lingkungan sekitarnya yang dipenuhi dengan asap rokok atau ibu yang merokok pada masa sesudah melahirkan mempunyai hubungan erat dengan kemunculan ADHD pada anaknya.
Penelitian (2006) yang dilakukan oleh Environmental Health Perspectives menemukan bahwa 4.704 anak-anak (usia 4-45 tahun) atau sekitar 4,2% penderita ADHD memiliki ibu yang merokok selama kehamilan mempunyai potensi berkembangnya ADHD yang lebih parah 2,5 kalinya dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok semasa kehamilan.
Faktor lainnya yang diduga berasal dari lingkungan yang dapat memunculkan ADHD pada anak adalah cat, beberapa jenis cat yang berbau menyengat atau cat dinding pada rumah yang sudah berumur. Saluran pipa yang berkarat juga mengandung toksik karat yang berbahaya.
Sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Pengertian ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Istilah ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) juga dikenal dengan singkatan ADD (attention deficit disorder) atau hyperkinetic disorder. Diperkirakan jenis gangguan ini sudah ada sejak lama, bahkan ciri gangguan ini mirip sekali seperti yang pernah digambarkan oleh Hippocrates (460-370 SM).
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti menjadi ADHD dengan pembagian tiga tipe gangguan; tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan kombinasi antara keduanya.
Gangguan ADHD mengidap sebagian besar pada anak-anak terutama pada anak laki-laki (dengan perbandingan 3 kali lebih banyak diabndingkan anak perempuan), namun demikian gangguan ADHD terdapat juga pada usia remaja dan orang dewasa. Biasanya pada anak-anak yang mengidap ADHD tidak akan hilang sampai ia menjelang dewasa, sekitar 60% anak-anak ADHD akan membawa simtom ADHD sampai ia dewasa. Diagnosa ADHD pada orang dewasa dilakukan dengan hati-hati, hal ini disebabkan adanya gejala-gejala serupa dengan depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan atau kesulitan dalam belajar (learning disability).
Gangguan ADHD merupakan permasalahan yang kompleks bagi mereka yang terlibat di dalamnya, individu yang terlibat secara langsung dengan ADHD akan menemui pelbagai kesulitan dengan gejala yang ditunjukkan oleh ADHD. Bila tanpa dijaga dan dibimbing dengan baik, beresiko kecelakaan, terlibat dalam penyalahgunaan obat, gagal di sekolah, munculnya perilaku anti sosial dan tindakan kejahatan. Sementara bila orang-orang sekitarnya mendukung dengan metode yang tepat dapat mengurangi resiko seperti tersebut diatas atau bahkan dapat menumbuhkan kreativitas.
ADHD berhubungan erat dengan kecemasan, gangguan berbicara atau mendengar, kesulitan belajar, gangguan obsessive-compulsive (OCD), dan permasalahan perilaku seperti conduct disorder atau oppositional defiant disorder (ODD).
sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti menjadi ADHD dengan pembagian tiga tipe gangguan; tipe hiperaktif-impulsif, tipe gangguan atensi, dan kombinasi antara keduanya.
Gangguan ADHD mengidap sebagian besar pada anak-anak terutama pada anak laki-laki (dengan perbandingan 3 kali lebih banyak diabndingkan anak perempuan), namun demikian gangguan ADHD terdapat juga pada usia remaja dan orang dewasa. Biasanya pada anak-anak yang mengidap ADHD tidak akan hilang sampai ia menjelang dewasa, sekitar 60% anak-anak ADHD akan membawa simtom ADHD sampai ia dewasa. Diagnosa ADHD pada orang dewasa dilakukan dengan hati-hati, hal ini disebabkan adanya gejala-gejala serupa dengan depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan atau kesulitan dalam belajar (learning disability).
Gangguan ADHD merupakan permasalahan yang kompleks bagi mereka yang terlibat di dalamnya, individu yang terlibat secara langsung dengan ADHD akan menemui pelbagai kesulitan dengan gejala yang ditunjukkan oleh ADHD. Bila tanpa dijaga dan dibimbing dengan baik, beresiko kecelakaan, terlibat dalam penyalahgunaan obat, gagal di sekolah, munculnya perilaku anti sosial dan tindakan kejahatan. Sementara bila orang-orang sekitarnya mendukung dengan metode yang tepat dapat mengurangi resiko seperti tersebut diatas atau bahkan dapat menumbuhkan kreativitas.
ADHD berhubungan erat dengan kecemasan, gangguan berbicara atau mendengar, kesulitan belajar, gangguan obsessive-compulsive (OCD), dan permasalahan perilaku seperti conduct disorder atau oppositional defiant disorder (ODD).
sumber: http://www.pikirdong.org/psikologi/psi59adhd.php
Langganan:
Postingan (Atom)